FISIOLOGI OTOT

Agus Fajar, S.SI
0


Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial.
Terdapat tiga jenis otot yang dasarnya mekanisme kontraksi ketiga jenis otot ini sama:
1.      Otot rangka
Terdiri dari sel yang mempunyai striae, berbentuk silindris dan mempunyai banyak inti serta berada dibawah control kesadaran. sel-selnya sejajar satu sama lain dan melekat ke tulang melalui jaringan kolagen yang membentuk tendo.
2.      Sel otot jantung
Mempunyai striae, multinukleus, silindris dan bercabang-cabang serta berkontraksi tidak dibawah pengaruh kesadaran.
3.      Otot polos
Tidak berstriae, hanya mempunyai satu inti dan juga tidak dibawah pengaruh kesadaran.
OTOT RANGKA
Otot rangka terdiri dari serabut-serabut otot dengan diameter 10-8- um, dimana setiap serabut otot akan terbagi lagi menjadi serabut yang lebih kecil. Fungsi utama otot rangka adalah melakukan kontraksi yang menjadi dasar terjadinya gerakan tubuh. Aktivitas dari kurang lebih 600 otot rangka yang terdapat di bagian tubuh dikoordinasi oleh sistim saraf sehingga membentuk gerakan yang harmonis dan posisi tubuh yang tepat.
Setiap serabut otot dikelilingi oleh sarkolema yang merupakan membrane sel serabut otot. Pada ujung serabut, sarkolema akan bergabung dengan serabut tendo yang akan membentuk tendo otot yang melekat pada tulang. Setiap serabut otot terdiri dari beberapa myofibril dan setiap myofibril mengandung miofilamen (aktin dan myosin). Mekanisme kontraksi otot rangka bergantung pada interaksi kedua protein kontraktil ini.
Myofibril berada dalam sarkoplasma yang komposisinya sama dengan komposisi cairan intrasel. Sarkoplasma banyak mengandung ion K, Mg, Fosfat dan enzim-enzim. Juga terdapat mitokondria dalam jumlah besar diantara myofibril. Pada mitokondria inilah dibentuk ATP sebagai sumber energy untuk kontraksi otot. Sarkplasma akan melakukan perluasan kearah dalam sebagai T tubulus. Melalui T tubulus inilah gelombang depolarisasi selama proses eksitasi dapat mencapai myofibril yang terletak dibagian dalam.
Diantara myofibril terdapat reticulum sarkoplasma (RS) yang memegang peranan penting dalam proses eksitasi-kontrksi coupling. Otot yang melakukan kontraksi dengan cepat mempunyai RS lebih banyak. Pada ujung RS terjadi pelebaran yang disebut terminal cisternae yang posisinya sangat berdekatan dengan T tubulus dan disebut junctional sarcoplasmic reticulum. Struktur ini sangat besar peranannya dalam proses eksitasi-kontrksi coupling, dan kemungkinan sebagai calcium channel. Fungsi RS adalah melepaskan ion Ca selama proses kontraksi dan pengambilan serta penyimpanan kembali ion Ca selama proses relaksasi.
Mekanisme kontraksi otot dimulai dengan aksi potensial pada motorneuron (aksi potensial pada sel postsinaps yang disebarkan dari sel presinaps serabut saraf yang menginervasi otot). Hal ini akan menimbulkan impuls (aksi potensial) pada otot. Aksi potensial pada otot mengakibatkan pelepasan ion kalsium dari RS, juga mengaktifkan Ca channel pada T tubulus sehingga akan banyak ion kalsium dilepas ke dalam sarkoplasma. Ion Ca akan berikatan dengan troponin C sehingga akan mengubah konfigurasi aktin-tropomiosin-troponin kompleks, dimana aktif site dari aktin akan terbuka sehingga dapat terikat dengan kepala myosin (cross bridge). Ikatan inilah yang mengakibatkan kontraksi otot karena tertariknya aktin ke arah myosin oleh struktur cross bridge yang keluar dari myosin.
Pada proses relaksasi, ion kalsium akan dikembalikan ke RS secara transport aktif. Troponin yang kehilangan ion kalsium akan mempengaruhi struktur aktin-tropomiosin-troponin kompleks, sehingga aktif site aktin kembali ditutupi oleh tropomiosin dan ikatan antara aktin dan myosin tidak terjadi lagi. Lepasnya ikatan antara aktin dan myosin ini menyebabkan relaksasi otot.
Jenis-Jenis kontraksi otot
1.      Kontraksi isotonic
Pada kontraksi isotonic terjadi perubahan panjang otot dimana otot akan memendek untuk melawan beban yang ringan dan konstan. Pada kontraksi ini terbentuk kerja eksterna tanpa disertai perubahan tegangan pada otot. Jenis kontraksi ini terjadi pada saat mengangkan beban yang ringan.
2.      Kontraksi isometric
Tidak terjadi perubahan panjang otot, walaupun terjadi kontraksi. Pemendekan otot dapat dicegah dan tidak terjadi kerja eksterna, tetapi tercipta suatu tegangan dan terjadi produksi energy dalam bentuk panas. Kontraksi ini dapat terjadi pada saat mengangkat beban yang berat. Dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi adalah kombinasi antara kedua kontraksi ini yang disebut kontraksi auksotonik.
3.      Kontraksi isokinetik
Merupakan kontraksi otot maksimal pada kecepatan yang tetap pada pergerakan. Jenis pergerakan ini biasanya pada bidang olahraga, misalnya gerakan mengayunkan tangan pada renang gaya bebas.
Sumber energi untuk kontraksi otot
Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin yang mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Sumber energy yang segera dapat diperoleh dari ikatan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada ATP. Ikatan fosfat berenergi tinggi ini lepas jika terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP seperti reaksi berikut:
ATP → ADP + Pi
Pada reaksi ini dilepaskan 7300 kalori untuk setiap molekul ATP. Hirolisis ATP terjadi melalui enzim ATPase yang terdapat pada myosin. Sebagian besar energy ini digunakan untuk membentuk cross bridge antara aktin dan myosin, sebagian kecil dipergunakan untuk aktivitas pompa Ca pada RS dan pompa Na-K. Konsentrasi ATP yang terdapat pada otot rangka hanya dapat mempertahankan kontraksi sekitar 1-2 detik. Tetapi setelah ATP dipecah menjadi ADP, maka ADP akan direfosforilasi untuk membentuk ATP baru, dimana proses inipun hanya berlangsung beberapa detik. Terdapat beberapa sumber energy untuk proses refosforilasi ATP yaitu:
1.      Fosfokreatin
Fosfokreatin membawa ikatan fosfat berenergi tinggi dan akan dihidrolisa menjadi keratin dan fosfat. Ikatan fosfat yang berasal dari fosfokreatin akan dipergunakan untuk resintesa ATP dari ADP dengan bantuan enzim keratin kinase.
2.      Glikogen
Glikogen yang terdapat pada otot akan dipecah menjadi asam piruvat dan asam laktat dengan proses enzimatik dan akan menghasilkan energy yang akan dipakai untuk resintesa ATP dari ADP. ATP tersebut dipakai secara langsung untuk kontraksi otot atau membentuk kembali fosfokreatin. Proses ini disebut glikolisis. Proses ini terjadi tanpa adanya oksigen sehingga kontraksi otot dapat berlangsung dalam jangka pendek. Demikian juga pembentukan ATP melalui proses ini 2,5 kali lebih cepat daripada memakai oksigen. Hanya saja terdapat hasil akhir yang akan berakumulasi (asam laktat) pada otot. Bila hanya mengandalkan proses ini kontraksi otot hanya berlangsung 1 menit
3.      Glikogen
Pada proses ini oksigen akan lebih banyak bergabung dengan glukosa, asam lemak atau protein untuk menghasilkan ATP. 90% dari ATP yang terbentuk berasal dari mekanisme glukosa. Sebagian besar ATP yang dibutuhkan untuk proses kontraksi otot yang lama berasal dari proses ini.
Otot Polos
Otot polos mempunyai struktur yang lebih kecil dari otot rangka dan tidak ada gambaran striata. RS tidak berkembang dengan baik seperti otot rangka. Juga terdapat aktin, myosin dan tropomiosin tetapi tidak terdapat troponin. Otot polos juga mengandung sedikit mitokondria dan ini tergantung dari aktivitas metabolismenya.
Jenis otot polos
1.      Otot polos unit ganda (multi unit)
Terdiri atas serabut otot polos yang berbeda-beda dan setiap serabut otot bekerja sendiri-sendiri tanpa tergantung dengan serabut otot lainnya. Karakteristik yang terpenting dari otot polos ini adalah setiap serabut otot berkontraksi tidak tergantung pada serabut otot lainnya. Juga jarang menimbulkan kontraksi yang spontan. Contoh otot ini adalah otot polos siliaris mata, otot piloerektor yang menyebabkan berdirinya rambut akibat rangsang simpatis.
2.      Otot polos unit tunggal (single unit)
Terdiri dari ratusan sampai jutaan serabut yang berkontraksi secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Serabut ototnya berkumpul membentuk satu kesatuan dan membrane selnya melekat satu sama lain pada beberapa tempat sehingga eksitasi pada satu serabut dengan mudah disebarkan ke serabut lainnya. Otot polos ini terutama  yang menyusun dinding organ dalam seperti usus, lambung, saluran empedu, ureter, uterus dan pembuluh darah. Otot ini juga biasa disebut otot viseralis.
Kontraksi otot polos
Otot polos juga mempunyai filament aktin dan myosin dengan karakteristik kimia yang sama dengan filament aktin dan myosin pada otot rangka. Pada otot polos tidak terdapat troponin, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Aktin dan myosin mekanisme kontraksi satu sama lainnya seperti halnya otot rangka dan proses ini diaktivasi oleh ion Ca dan ATP sebagai sumber energy.
Oleh karena pada otot polos RS tidak begitu berkembang  seperti otot rangka, maka sumber utama ion kalsium untuk kontraksi otot berasal dari ion kalsium ekstrasel yang masuk melalui Ca channel ke dalam sel. Ion  kalsium akan terikat pada kalmodulin yang mempunyai fungsi seperti troponin pada otot rangka. Walaupun struktur kalmodulin dan troponin hampir sama,  tetapi mekanismenya dalam mengawali kontraksi berbeda. Ikatan Ca-kalmodulin akan mengaktifkan enzim myosin kinase yang menyebabkan fosforilasi ATP pada kepala myosin. Fosforilase kepala myosin akan menyebabkan aktin membentuk cross bridge dengan myosin dan terjadilah kontraksi.
Bila konsentrasi ion Ca turun dibawah konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan kontraksi, maka akan terjadi proses defosforilase dari kepala myosin yang dikatalisa oleh enzim myosin fosfatase. Enzim ini akan memisahkan gugus fosfat dari kepala misoin sehingga interaksi filament aktin dan myosin akan berhenti, dan terjadilah relaksasi.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)